Pemanfaatan
ruang pesisir merupakan sebuah kajian yang menjadi cerminan manajemen kelautan.
Manajemen Kelautan merupakan kajian bersama yang mana laut merupakan sebuah
sumber daya alam yang telah ada sejak berjuta-juta tahun yang lalu untuk
kehidupan manusia dibumi. Jika kita memandang lebih jauh dengan memaknai laut
adalah milik bersama maka akan terlihat bagaimana sebuah konflik dialektika
yang akan muncul. Karena jika ilmu manajemen terletak pada pemanfaatan ruang
pesisir maka sebuah masalah bersama menjadikan ruang berbeda didalam
memanfaatkan sumber daya alamnya.
Didalam
pemanfaatan ruang pesisir itu dimana ekosistem hutan bakau, bagi Dinas
Perikanan dan Kelautan akan digunakan sebagai lahan tambak udang dengan konversi lahan, Badan Pengendalian
Dampak Lingkungan akan menjadikannya wilayah konservasi, Dinas Kehutanan ingin
rehabilitasi bakau, masyarakat sekitar ingin menjadikannya lahan mencari
nafkah. Dari keadaan diatas dapat dilihat bahwa permasalah yang terjadi berada
pada stakeholder yang mengakibatkan adanya permasalah yang tumpah tindih antar
yang satu dengan yang lain. Permasalahan ini tidak bisa diselesaikan dengan
cara teknis saja, misal pembagian lahan, karena keterbatasan lahan itu sendiri.
Sehingga perlu kajian dan penanganan yang penting bagi pemanfaatan ruang
pesisir agar menjadi pemanfaatan ruang pesisir yang berbeda dalam mencapai
keuntungan bersama. Sehingga permasalahan ini diselesaikan dengan meningkatkan koordinasi
antar sektor untuk menjadikan pesisir sebagai wilayah perencanaan, pengelolaan
dan evaluasi secara terpadu (terintegrasi) termasuk didalamnya melibatkan
masyarakat. Melibatkan masyarakan disini diharapkan dapat memberikan sebuah
kajian transparansi didalam manajemen kelautan sendiri
Hal-hal
diatas dapat terjadi karena adanya sumber daya ikan yang dianggap melimpah oleh
semua orang. Dengan adanya sumber daya ikan ini mengakibatkan orang-orang
berkompetisi untuk mendapatkan ikan yang dianggap melimpah ruah di lautan.
Anggapan yang seperti ini yang diakibatkan oleh adanya permintaan akan ikan
tinggi yang diakibatkan adanya ledakan jumlah penduduk. Hal itulah yang
mengakibatkan adanya kompetisi dimana bagaimana mendapatkan ikan yang
sebanyak-banyaknya. Dari kejadiaan itu mengakibatkan sumber daya pesisir dan
lautan dieksploitasi terus menerus antar yang satu dengan yang lain yang
mengakibatkan terganggunya ekosistem keberlanjutan. Artinya dimana jika sumber
daya ini terus menerus diambil secara besar-besaran mengakibatkan kerusakan
ekosistem laut sehingga banyak spesies yang hampir punah tetap saja diburu
misalnya saja ikan paus.
Dalam
peristiwa tersebut disebabkan oleh pesisir dan lautan dianggap milik bersama
sehingga banyak orang yang berlomba-lomba untuk mendapatkan ikan
sebanyak-banyaknya sehingga tak ada pengendalian sama sekali didalam
penangkapan ikan dan menggali sumber daya lainnya yang disediakan oleh lautan.
Anggapan milik bersama inilah yang mengakibatkan adanya bumerang didalam
pemanfaatannya sehingga banyak orang yang berlomba-lomba untuk mendapatkan
hasil tangkapan ikan yang lebih besar.
Polusi
adalah juga permasalahan di pesisir. Pesisir yang merupakan daerah peralihan
antara daratan dan lautan sangat rentan terhadap pengaruh polusi, karena segala
aktivitas di daratan pasti dilimpahkan ke pesisir seperti limbah pabrik, bahan-bahan
organik dan non organik serta sampah manusia. Dengan aktivitas inilah yang
memberikan racun didalam lautan dan dianggap bahwa laut adalah tempat
pembuangan yang efektif bagi limbah-limbah. Padahal karena limbah itu akan
memberikan menimbulkan polusi/pencemaran air laut yang dapat menjadikan racun
didalam ekosistem laut misalnya banyak ikan-ikan yang mati, laut berwarna
coklat, dan banyak terumbu karang yang mati. Hal ini bisa terjadi karena kita
menganggap pesisir dan laut adalah milik bersama (common) sehingga siapa saja
dapat membuang limbahnya ke pesisir dan laut. Inilah kemudian yang dimaksudkan
bahwa pesisir dan laut sebagai “keranjang sampah”. Keranjang sampah merupakan
sebuah istilah yang sering kita dengar untuk pembuangan sampah akhir di lautan.
Padahal lautan merupakan sebuah kehidupan bagi semua ikan, terumbu karang dll
yang hidup didalam ekosistem lautan.
Dalam
fenomena-fenomena tersebut harus ada suatu manajemen yang baik yang mana
menjadikan suatu pengaturan yang baik yan menjadikan sebuah keutungan disemua
pihak baik itu dalam ekosistem lautan
maupun manusianya. Sehingga jika terjadi Tragedy of Common akan menjadikan
sebuah permasalahan yang dihadapi bersama dan tidak hanya satu pihak saja.
Dari
fenomena-fenomena diatas maka kita sadari bahwa sangat lemahnya manajemen
kelautan didalam pemanfaatn pesisir dan lautan. Padahal disamping sebagai
pelesatarian ekosistem laut, pemanfaatan pesisir dan lautan diharapkan dapat
menjadikan mata pencaharian bagi nelayan untuk menangkap ikan. Dalam manajemen
kelautan, hal ini dapat dicontohkan dengan izin-izin pengelolaan wilayah
pesisir dan laut. Dimana seseorang atau badan hukum yang diberikan izin atau
diberikan kewenangan tidaklah kemudian menjadikan kewenangannya itu dengan
semena-mena, mengeksploitasi diluar yang diizinkan bahkan mungkin mengorbankan
masyarakat sekitar. Dengan ijin pengelolaan ini diharapakan menjadikan
kesadaran bagi semua yang dimanfaatkan sebaik mungkin tanpa merusak ekosistem
lautan. Karena kita sadari bahwa manusia masih tetap menggantungkan hidupnya di
laut baik sekarang atau nanti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar